Kepercayaan
Kepercayaan masyarakat Kanekes yang disebut sebagai Sunda
Wiwitan berakar pada pemujaan kepada arwah nenek moyang (animisme)
yang pada perkembangan selanjutnya juga dipengaruhi oleh agama
Buddha, Hindu,
dan Islam.
Inti kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan adanya pikukuh atau ketentuan adat
mutlak yang dianut dalam kehidupan sehari-hari orang Kanekes (Garna, 1993). Isi
terpenting dari 'pikukuh' (kepatuhan) Kanekes tersebut adalah konsep
"tanpa perubahan apa pun", atau perubahan sesedikit mungkin:
Lojor heunteu beunang dipotong, pèndèk heunteu beunang
disambung.
(Panjang tidak bisa/tidak boleh dipotong, pendek tidak
bisa/tidak boleh disambung)
Tabu tersebut
dalam kehidupan sehari-hari diinterpretasikan secara harafiah. Di bidangpertanian,
bentuk pikukuh tersebut adalah dengan tidak mengubah kontur lahan bagi ladang,
sehingga cara berladangnya sangat sederhana, tidak mengolah lahan dengan bajak,
tidak membuat terasering,
hanya menanam dengan tugal,
yaitu sepotong bambu yang
diruncingkan. Pada pembangunan rumah juga kontur permukaan tanah dibiarkan apa
adanya, sehingga tiang penyangga rumah Kanekes seringkali tidak sama panjang.
Perkataan dan tindakan mereka pun jujur, polos, tanpa basa-basi, bahkan dalam
berdagang mereka tidak melakukan tawar-menawar.
Objek kepercayaan terpenting bagi masyarakat Kanekes
adalah Arca
Domas, yang lokasinya dirahasiakan dan dianggap paling sakral. Orang
Kanekes mengunjungi lokasi tersebut untuk melakukan pemujaan setahun sekali
pada bulan Kalima, yang pada tahun 2003 bertepatan dengan bulan Juli.
Hanya Pu'un atau ketua adat tertinggi dan beberapa anggota masyarakat
terpilih saja yang mengikuti rombongan pemujaan tersebut. Di kompleks Arca
Domas tersebut terdapat batu lumpang yang menyimpan air hujan. Apabila pada
saat pemujaan ditemukan batu lumpang tersebut ada dalam keadaan penuh air yang
jernih, maka bagi masyarakat Kanekes itu merupakan pertanda bahwa hujan pada
tahun tersebut akan banyak turun, dan panen akan berhasil baik. Sebaliknya,
apabila batu lumpang kering atau berair keruh, maka merupakan pertanda
kegagalan panen.
Bagi sebagian kalangan, berkaitan dengan keteguhan masyarakatnya,
kepercayaan yang dianut masyarakat adat Kanekes ini mencerminkan kepercayaan
keagamaan masyarakat Sunda secara umum sebelum masuknya Islam.
3. Religi
a.Sistem kepercayaan yang dianut Mayoritas suku Baduy mengakui kepercayaan sunda wiwitan yang meyakini akan adanya Allah sebagai �Guriang Mangtua� dan melaksanakan kehidupan sesuai ajaran Nabi Adam sebagai leluhur yang mewarisi kepercayaan turunan ini.
b.Kewajiban dalam kepercayaan Ada 5 Upacara penting yaitu :
1.Upacara Kawalu yang dilakukan dalam rangka menyAmbut bulan Kawalu yang dianggap suci oleh masyarakat Baduy.
2.Upacara Ngalaksa yang dilakukan sebaagai ucapan syukur atasterlewatinya bulan-bulan kawalu setelah melaksanakan puasa selama 3 bulan.
3.Seba yaitu berkunjung ke pemerintahan daerah atau pusat yang bertujuan merapatkan tali silaturahmi antara masyarakat Baduy dengan pemerintah.
4.Upacara menanam padi
5.Upacara kelahiran
4. Sistem Kepemimpinan
a.Kepemimpinan Spiritual Dilakukan oleh Jaro dan Pu�un
b.Kepemimpinan Pemerintahan Desa 1.Pu�un Cibeo
2.Pu�un Cikeusik
3.Pu�un Cikartawana
-Jaro Kepemerintahan : Kanekes
c.Kepemimpinan Tingkat Kampung Dilakukan oleh Pu�un
5. Nilai-Nilai dan Norma dalam Kehidupan Masyarakat Baduy
a.yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari Norma kesopanan, norma susila dan tatakrama.
b.yang berkaitan dengan kearifan local(tradisional) dalam pemeliharaan lingkungan hidup Masyarakat Baduy tidak belajar PLH tetapi mereka sangat tau dan mengerti bagaimana caranya menjaga dan memelihara lingkungan.
a.Sistem kepercayaan yang dianut Mayoritas suku Baduy mengakui kepercayaan sunda wiwitan yang meyakini akan adanya Allah sebagai �Guriang Mangtua� dan melaksanakan kehidupan sesuai ajaran Nabi Adam sebagai leluhur yang mewarisi kepercayaan turunan ini.
b.Kewajiban dalam kepercayaan Ada 5 Upacara penting yaitu :
1.Upacara Kawalu yang dilakukan dalam rangka menyAmbut bulan Kawalu yang dianggap suci oleh masyarakat Baduy.
2.Upacara Ngalaksa yang dilakukan sebaagai ucapan syukur atasterlewatinya bulan-bulan kawalu setelah melaksanakan puasa selama 3 bulan.
3.Seba yaitu berkunjung ke pemerintahan daerah atau pusat yang bertujuan merapatkan tali silaturahmi antara masyarakat Baduy dengan pemerintah.
4.Upacara menanam padi
5.Upacara kelahiran
4. Sistem Kepemimpinan
a.Kepemimpinan Spiritual Dilakukan oleh Jaro dan Pu�un
b.Kepemimpinan Pemerintahan Desa 1.Pu�un Cibeo
2.Pu�un Cikeusik
3.Pu�un Cikartawana
-Jaro Kepemerintahan : Kanekes
c.Kepemimpinan Tingkat Kampung Dilakukan oleh Pu�un
5. Nilai-Nilai dan Norma dalam Kehidupan Masyarakat Baduy
a.yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari Norma kesopanan, norma susila dan tatakrama.
b.yang berkaitan dengan kearifan local(tradisional) dalam pemeliharaan lingkungan hidup Masyarakat Baduy tidak belajar PLH tetapi mereka sangat tau dan mengerti bagaimana caranya menjaga dan memelihara lingkungan.
epercayaan masyarakat Kanekes yang disebut sebagai Sunda
Wiwitan berakar pada pemujaan kepada arwah nenek moyang (animisme) yang pada
perkembangan selanjutnya juga dipengaruhi oleh agama Budha, Hindu, dan Islam.
Inti kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan adanya pikukuh atau ketentuan adat
mutlak yang dianut dalam kehidupan sehari-hari orang Kanekes (Garna,
1993). Isi terpenting dari ‘pikukuh’ (kepatuhan) Kanekes tersebut adalah
konsep “tanpa perubahan apapun”, atau perubahan sesedikit mungkin:
Lojor heunteu beunang dipotong, pèndèk heunteu beunang
disambung.
(Panjang tidak bisa/tidak boleh dipotong, pendek tidak
bisa/tidak boleh disambung)
Tabu tersebut dalam kehidupan sehari-hari diinterpretasikan
secara harafiah. Di bidang pertanian, bentuk pikukuh tersebut adalah dengan
tidak mengubah kontur lahan bagi ladang, sehingga cara berladangnya sangat
sederhana, tidak mengolah lahan dengan bajak, tidak membuat terasering, hanya menanam
dengan tugal, yaitu sepotong bambu yang diruncingkan. Pada pembangunan rumah
juga kontur permukaan tanah dibiarkan apa adanya, sehingga tiang penyangga
rumah Kanekes seringkali tidak sama panjang. Perkataan dan tindakan mereka pun
jujur, polos, tanpa basa-basi, bahkan dalam berdagang mereka tidak melakukan
tawar-menawar.
Objek kepercayaan terpenting bagi masyarakat Kanekes adalah
Arca Domas, yang lokasinya dirahasiakan dan dianggap paling sakral. Orang
Kanekes mengunjungi lokasi tersebut untuk melakukan pemujaan setahun sekali
pada bulan Kalima, yang pada tahun 2003 bertepatan dengan bulan Juli. Hanya
puun yang merupakan ketua adat tertinggi dan beberapa anggota masyarakat
terpilih saja yang mengikuti rombongan pemujaan tersebut. Di kompleks Arca Domas
tersebut terdapat batu lumpang yang menyimpan air hujan. Apabila pada saat
pemujaan ditemukan batu lumpang tersebut ada dalam keadaan penuh air yang
jernih, maka bagi masyarakat Kanekes itu merupakan pertanda bahwa hujan pada
tahun tersebut akan banyak turun, dan panen akan berhasil baik. Sebaliknya,
apabila batu lumpang kering atau berair keruh, maka merupakan pertanda
kegagalan panen (Permana, 2003a).
Bagi sebagian kalangan, berkaitan dengan keteguhan
masyarakatnya, kepercayaan yang dianut masyarakat adat Kanekes ini mencerminkan
kepercayaan keagamaan masyarakat Sunda secara umum sebelum masuknya Islam.
Kelompok Masyarakat Suku Baduy
Mereka mandiri, menolak bantuan luar, merajut, bertanam
dan berpikir ke depan dengan otak jernih, jujur dan tulus. Tidak ada keributan
sesama mereka di sana. Tak ada saling iri, dengki dan culas di
tengah mereka.
Suku Baduy adalah kelompok kehidupan yang begitu patuh pada adat, ritual dan agama yang mereka anut. Nama masyarakat Baduy sebenarnya adalah URANG KENEKES. Mereka adalah suku bangsa Indonesia yang bertempat tinggal di Pegunungan Kendeng Kabupaten Lebak (Jawa Barat).
Suku Baduy adalah kelompok kehidupan yang begitu patuh pada adat, ritual dan agama yang mereka anut. Nama masyarakat Baduy sebenarnya adalah URANG KENEKES. Mereka adalah suku bangsa Indonesia yang bertempat tinggal di Pegunungan Kendeng Kabupaten Lebak (Jawa Barat).
report this web
BalasHapus